kita rumah kincir, separuh dari tubuh
kita dirambati liana dan akar berulir
kita dirambati liana dan akar berulir
tempat berteduh orang berambut kunir
menghidupi dirinya dari berdagang eliksir
saksi tawa di hamparan bunga warna safir
*
kita ladang-ladang gandum lupa disiangi
keluar dari tubuh seperti keringat mewangi
welas asih memang nama tengah kami
meski cemas menyusup dalam tumpuk jerami
*
kita mesin pintal puluhan tahun, jika
tersendat tuan kita mengira butuh oli
tersendat tuan kita mengira butuh oli
ia mengolesi geligi hingga keling
padahal sisa-sisa luka belum kering
padahal sisa-sisa luka belum kering
ah sudahlah, jangan ambil pusing
toh, gelisah tak ubahnya ibu
menyapih bahagia, menyemu
membuat dada mirip terung ungu
membuat dada mirip terung ungu
*
padahal aku hanya memikirkan bahagiamu, bukan kita
bayangan yang jatuh dari hutan-hutan pinus
denyut di pegunungan salju yang tandus
gema dari muasal doa yang tak putus-putus!
2011
No comments:
Post a Comment