setiap memikirkannya aku melihat pijar di inti mata
sepi yang lahir kembali,
reka-ulang megah penciptaan
siksa bangun monumen di tubuh,
dengan nama sendiri
nama yang dipuja embun lebih
nyaring dari pagi hari
nama yang menganak sungai benua, zaman
ke zaman
entah geliat liar kenangan, entah
jerat keterluntaan
ini bukan tentang siapa yang
jatuh terlebih dahulu
tetapi tentang siapa yang sedia
sekarat sampai akhir
jangan takluk, jangan tersungkur
oleh keragu-raguan
kelak aku kan jadi kekasihmu yang
menyenangkan
karena luka-lukaku ini telah
cukup mengenyangkan
Solo, 2012
mas, aku mau copas disertai sumber sajakmu yang keberpihakan, membilang kita, bercukur sama Tuhan sakit menahun :) nanti kalau tidak boleh langsung saya hapus
ReplyDeleteUntuk apa kalau boleh tau? Silahkan saja selama ada sumbernya, dengan senang hati. Terima kasih sudah berkunjung. :)
ReplyDelete